Jumat, 25 September 2015

KAMU (5)

Hasil gambar untuk calon imamku

Assalamualaikum..
hehe lembut banget yaa awal tulisan ini menyapamu dengan ucapan salam, dengan ucapan yang maknanya mendoakanmu agar KAMU selalu selamat dalam kondisi apapun dan dimana pun KAMU berada. Aku selalu berdoa untuk kebaikanmu, kebaikan yang menyegerakan terealisasinya mimpi-mimpimu, kebaikan yang membawamu menjadi KAMUnya aku yang senantiasa bermanfaat bagi orang-orang disekitarmu, bagi keluargamu, bagi teman-teman yang menyayangimu, dan tentunya bagiku yang selalu menunggumu disini dalam kebaikan. Apakabar hei KAMU? rasanya sudah lama tidak menyapamu, sengaja. aku takut kamu bosan terus-terusan ditanya kapan terdefinisi sedangkan waktu belum mengatakan sudah saatnya. Aku takut kamu terganggu dengan tulisan-tulisanku yang membuatmu tak sabar untuk segera menemuiku, aku cuma takut mengganggumu, membuyarkan fokusmu ketika mengerjakan seluruh agenda yang menyita waktu dan fikiranmu. Semangat ya. Jangan cemberut, lakukan dengan ikhlas dan penuh senyum, tahu gak? kamu terlihat tampan ketika tersenyum. Disini aku masih menunggumu dalam sabar, dalam sabar aku menantimu. *cieee sweet banget kan aku? hahaha..


Hei kamu...
Tahu gak? sekarang KAMU sudah terkenal loh di kalangan teman-temanku, ketika ada kata kamu yang dituliskan dengan huruf kapital, anggapan mereka langsung tertuju padaku. haha maap sudah membuatmu begitu terkenal, tapi itu salah satu caraku untuk mengenalkanmu pada mereka, sehingga ketika kamu sudah terdefinisi kelak, aku gausah repot-repot menceritakan siapa kamu, cukupku katakan "ini KAMUnya aku yang sudah terdefinisi, namanya bla bla bla" mereka pasti sudah langsung faham.

Hei kamu..
Aku mau laporan. Sekarang aku sudah resmi jadi pengangguran! gak enak banget kan kata-katanya? pengangguran! sekilas bacanya orang pasti menganggap dengan pandangan sebelah mata. Iya, sekarang aku menjadi pengangguran karena pilihan yang aku ambil. Pasca wisuda tanggal 29 Agustus kemarin aku memutuskan untuk mengambil pilihan sulit ini, pilihan yang nekat, kenapa? karena untuk menjalankan profesiku sebagai seorang farmasis aku harus menempuh studi profesi apoteker, teman-temanku banyak yang sudah mengambil itu di kampus perjuangan, mereka sudah mulai kuliah (lagi) bahkan beberapa hari sebelum kami wisuda. Hingga ayah selalu mengingatkan lagi untuk meluruskan niat dan memantapkan hati atas keputusan yang aku ambil, berat untuk dilakukan, tapi aku harus keluar dari zona nyamannya aku kan? dan untuk itu banyak yang harus aku korbankan, salahsatunya adalah waktu. Tapi tetap, penganggurannya aku adalah pengangguran yang elegan, karena sedang mempersiapkan diri untuk hal yang lebih baik lagi (haha alibi). Hei kamu. menurutmu apa yang aku lakukan sudah benarkah atau menurutmu ini keliru? :')

Hei kamu..
Dalam mengambil keputusan ini, otomatis aku harus meninggalkan kota Istimewa itu, kota yang sangat dan begitu berarti untukku, kamu mungkin sudah tau seberapa istimewanya Jogja bagiku. Iya. saat melangkahkan kaki pergi, mataku tak hentinya berurai air mata. terkesan cengeng memang, tapi yaa mau gimana lagi, rasanya sulit tapi aku harus selalu menguatkan hati, bahwa aku harus menerima segala konsekuensi atas segala apa yang telah aku putuskan. Dalam hatiku lirih, aku berbisik pada Jogja, bahwa aku akan kembali dengan seluruh masterplan yang telah terealisasi dan mungkin dengan kamu yang sudah terdefinisi. Hei kamu, maukah kamu menemani ku kembali ke kota itu kelak? :)

Hei kamu..
Aku takut. Takut apa yang aku upayakan tidak sesuai dengan apa yang aku terima nanti. Harusnya aku gak boleh seperti ini kan? aku harus optimiskan? Tetap saja, seoptimis apapun aku kadang terbersit dalam hati, bagaimana kalau gak diterima? bagaimana kalau ditolak (lagi) untuk sekolah disana, dan sederet pertanyaan bagaimana kalau lainnya yang membuatku kadang bersedih. Kamu gasuka kan kalau aku bersedih? Tenang! kamu gak perlu khawatir, aku selalu mampu menetralkan perasaan yang melanda, sehebat apapun rasa sedih yang aku alami, pada akhirnya aku masih mampu tersenyum agar kamu tak khawatir lagi. Hebat kan bidadarimu satu ini? hahaha. Kamu jangan tertawa, ini adalah salahsatu cara agar aku gak sedih.

Hei kamu..
Aku ingin bertanya padamu tentang sesuatu? aku ingin meminta pendapatmu. Satu hal yang orang-orang takutkan terutama untuk kaum hawa. "Apa pendapatmu tentang akhwat yang berpendidikan tinggi?" pertanyaan klasik, tapi itu realita yang ada, masih banyak orang yang beranggapan bahwa jika seorang akhwat berpendidikan tinggi, maka gaakan ada yang mau sama dia. Padahal, seandainya mereka tau, memiliki pendidikan yang tinggi bagiku adalah suatu keharusan. Bukan untuk sederajat denganmu, atau bahkan mengunggulimu, tapi kita sama-sama tahu, bahwa aku seorang akhwat yang kelak akan menjadi seorang ibu, ibu madrasah pertama bagi anaknya kan? aku ingin kelak anak-anak kita pintar dan sholeh, sehingga ia bisa menjadi invest untuk kita di akhirat (nanti). Haha bahasanya sudah berat dan terlalu jauh, tapi kamu setuju kan? dukung aku untuk mengejar impianku, aku pun demikian, selalu mendoakanmu, agar kita nantinya mampu mencetak generasi-genarasi yang intelektual dan religius. Terlebih dari itu dengan pendidikan tinggi itu, merupakan modal untukku supayaku bisa menjadi istri yang berbakti padamu. hahaha szzzt! jangan tertawa, cukup diaamiinkan :D

Hei kamu..
Selamat malam, tetap semangat dalam harimu, tetap tersenyum dalam letihmu, selalu ingat bahwa aku menantimu dengan segenap pengabdian yang tertunda, aku menunggumu dalam sabarku, aku mengikhlaskan semua harapanku. Bersamamu dimasa depanku, membangun cinta, membangun syurga, menggapai Ridho-Nya. Dan aku menanti menjadi bidadari untukmu, sampai bertemu pada suatu masa, calon imamku :)

Hei Kamu..
Wassalamualaikum..

0 komentar:

Posting Komentar