Selasa, 22 Desember 2015

KANDANG GAJAH

Hai. Lama tak sua, lama tak menyapa KAMU, lama tak berdialektika tentang berjuta makna, tentang aku dan kamu dan segala tentang definisinya, tentang aku dan mimpi-mimpi kita, tentang masterplan dan tentang pertanyaan yang selalu membayangi disetiap kaki berpijak pada suatu fase yang terkadang ingin segera terjawab, tapi tak kunjung terjawab dan entah kapan bisa terjawab, pertanyaan "Sudah memberikan apa pada Tuhan?" selalu terbayang dan tak jarang membuat bengkak mata pada keesokan harinya, pada malam-malam yang berdzikir terkadang suka terfikir, hanya bisa menangis ketika merenungkan sudah memberikan apa pada Sang Maha Cinta tanpa tahu apa yang harus diperbuat, apa yang harus diberikan, dan tanpa tahu apa yang benar-benar Ia mau. sholat kita? ibadah kita? apakah layak itu disebut pemberian untukNya? bukankah itu kebutuhan kita sendiri sebagai manusia yang pada hakikatnya tak bisa terlepas dari Ia untuk sekedar mendapat ketenangan batin? ah. pertanyaan sulit. setidaknya sulit bagiku.

Aku bingung mau bercerita darimana, yang jelas saat ini tak ada kata yang mampu mendiskripsikan kesyukuranku pada Ia Yang Maha Cinta, bahwa skenario yang Ia catat atas hidup yang aku jalani sungguh Maha Indah dan Maha Romantis. KAMU pun tak akan pernah seromantis Ia dan itu jelas-jelas bukan perbandingan, karena keromantisan kamu kelak pun sudah diatur oleh Ia. :)

Keromantisan Ia yang pertama,
Tepat 3 bulan yang lalu, di pertengahan bulan september ceria, aku kembali hijrah ke Bandung, kota dimana aku mengenal mimpi-mimpi yang aku ukir jauh dalam lubuk hati yang terdalam, meninggalkan apa yang sudah terselesaikan dengan baik di kota yang tak kalah berarti, Jogja. Masih membekas sekali dalam ingatan, ketika 4 tahun yang lalu kaki ini terasa berat untuk melangkah pergi meninggalkan rumah, jauh dari orang tua, jauh dari zona nyaman, dan itu adalah kali pertamanya seorang gadis manja yang tak bisa jauh dari ibunya, pergi sendirian untuk meninggalkan sejenak mimpinya. Nangis? tak usah ditanya, anak umur 18 tahun pergi sendirian cuma berbekal ijazah SMA jelas akan menangis saat bus membawanya pergi ke kota yang belum pernah ia datangi sendirian. Takut? pertanyaan konyol, jelas takut lah. semua fikiran tentang gimana kalau bla bla bla selalu menghantui selama perjalanan, tapi terlepas dari semua itu, entah kekuatan darimana yang pada akhirnya membawaku pada masa dimana aku berproses, anak manja yang dulu ada sekarang sudah masuk dalam museum kenangan, anak penakut yang dulu ada sudah berevolusi menjadi anak yang pemberani, tak pernah takut pada apapun atau pada siapapun, tak pernah takut melakukan apapun, apapun resikonya, hanya takut pada yang perlu ditakutkan, ternyata jarak mampu mengubah sesuatu yang dulu dianggap tak mungkin menjadi mungkin, teringat akan syair Imam Syafi'i bahwa "orang yang pandai dan beradab tak akan diam di kampung halaman, tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang, pergilah kan kau dapatkan pengganti kerabat dan teman, berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah berjuang..." ternyata membaca syair setelah mengalami sangat terasa maknanya dibandingkan hanya membaca tanpa pernah mengalami. Dan kini masa itu telah terlewati, aku berterimakasih untuk jogja, untuk almamater tercinta, Universitas Islam Indonesia, bahwa aku telah mampu mengukir sejarah kehidupan yang berbeda jauh dari yang pernah aku bayangkan sebelumnya, Ia banyak menunjukkan keromantisannya pada setiap potongan episode dalam perjalanan hidup yang telah aku lewati selama di Jogja, dan kini aku memutuskan hijrah ke Bandung, sebuah keputusan yang berat, sangat berat, disaat zona nyaman memanggilku untuk tetap diam, tapi (lagi) hasrat untuk meninggalkan zona itu kembali membuncah, berbeda ketika 4 tahun lalu, hal itu terjadi atas paksaan bukan karena keinginan dalam diri, kali ini benar-benar terjadi tanpa ada dorongan dari siapapun, hanya berbekal keyakinan aku mengambil sebuah keputusan, demi sebuah mimpi sederhana yang pernah aku kubur sejenak ketika Tuhan berkata "belum saatnya", tapi lagi-lagi, keras kepalanya aku kumat lagi, hingga aku bergumam dalam hati "Tuhan, aku akan merubah kata belum saatnya menjadi ini sudah saatnya, Tuhan, masa aku gak pernah diberikan kata iya untuk mimpi sederhana itu?" terkesan agak maksa yaa? tapi gapapa, mudah-mudahan Ia mengerti, dan aku yakin Ia pasti mengerti tanpa harus aku jelaskan. Tuhan, maafin kekeraskepalaan hambaMu yang satu ini yaaa :')

Dan. segala proses telah aku jalani, untuk bisa mewujudkan mimpi sederhanaku, masuk kampus impian yang tak pernah pudar sedikit pun keinginan untuk memasukinya, kampus yang ingin aku duduki untuk menimba ilmu disana, kampus impian semenjak SMP, kampus yang selalu aku lewati dan setiap lewat sana, dada berasa bergemuruh, bibir tak henti untuk bersholawat, berharap Ia mengiyakan aku untuk sekolah disana.  Mungkin bagi sebagian orang akan bertanya, kenapa sih ingin banget sekolah disana, universitas lain kan masih banyak yang jauh lebih baik, ke luar negeri mungkin? Ah. Bukan aku tak ingin, siapa sih yang tak ingin ke luar negeri, menuntut ilmu di negeri orang dengan pengalaman yang jauh lebih banyak yang tidak akan didapatkan ketika sekolah dalam negeri, tapi ada satu hal yang aku 'keukeuh' ingin sekolah di kandang gajah itu, aku ingin seperti B.J Habibie, presiden ke-3 itu mampu menghipnotisku untuk mengikut jejak beliau, aku ingin menjadi B.J Habibie di bidang keilmuanku, Farmasi. Tak hanya itu, keinginanku sekolah disana tak butuh alasan kenapa, aku sudah jatuh cinta sejak dari awal, jatuh cinta tak butuh alasan mengapa kann? Sama seperti aku jatuh cinta sama KAMU kelak, tak butuh alasan untuk membuatnya menjadi rasional.  Tapi... apa yang terjadi? bisa dibaca ditulisanku sebelumnya (http://ziquidh.blogspot.co.id/2015/11/blog-post.html). Hingga pada suatu titik aku kembali bergumam, "Rabb, aku gagal lagi, salahkah keputusan yang aku ambil? tak bisakah Kau mengiyakan keinginanku yang satu ini? mimpiku sederhana Rabb, aku hanya ingin sekolah disana, ingin menjadi hambaMu yang pintar, ingin merasakan rasanya mimpi zia kecil terwujud. Rabb, aku sudah merelakan masa dimana aku seharusnya merasakan kebahagiaan berkumpul dengan teman-temanku di jogja, melewati masa-masa apotekerku di UII dengan teman yang sangat dan begitu aku cintai, aku sudah mengikhlaskan fase itu demi mimpiku yang satu ini, Rabb salahkah keputusan yang sudah aku ambil ini? Rabb seberapa lama lagi Engkau ingin aku mengangkat tanganku untuk bermunajat padaMu?"  Tanpa diragukan lagi, tangisku lagi-lagi pecah.

(Lagi) entah kekuatan dari mana, titik terendah yang aku alami tak bertahan lama, keesokan harinya aku sudah siap untuk proses baru yang mengantarkan aku ke jalan dimana mimpiku harus terwujud, dan sepertinya Rabbku sudah mulai iba melihatku, atau mungkin Ia bosan dengar rengekanku setiap malam untuk mendapatkan kata IYA. pada akhirnya Ia mempermudah jalanku, padahal jika diamati prosesnya, sangat sangat begitu rumit, dari mulai proses test TOEFL, Tes Potensi Akademik yang bikin mumet disetiap soalnya, test teori kefarmasian yang luar biasa susahnyaa, test wawancara yang harus dihadapkan dengan 5 profesor, jika itu semua dibayangkan, aku tak menyangka sudah melewati semua fase yang meribetkan itu, tapi disini letak keromantisannya Rabbku, Ia mempermudah hingga pada akhirnya Ia meng-acc proposal mimpiku yang satu ini, satu jalan tertutup, jalan lain sudah terbuka lebar, menunggu untuk dimasuki..

AKHIRNYA aku bisa bersekolah di kampus ITB. Ah syukurku tak terkira untuk hal ini. terimakasih Rabb akhirnya ada masa aku memasuki kandang gajah. :')

Tanggal 18 Januari 2016 esok, aku sudah resmi duduk sebagai mahasiswa yang bermukim di kandang gajah, aku kuliah disana, dengan tujuan menjadi seorang magister. Rabb. ini mimpi? Aku benar-benar telah masuk kandang gajah? Rabb.. pertanyaanku kali ini, apakah aku mampu? Seperti apa perkuliahan disana? Berteman dengan ibu-ibu dan bapak-bapak, apakah nanti aku dianggap remeh karena aku satu-satunya mahasiswi freshgraduate ? Ah Rabb..  mampukan zia..

Kini, tak ada lagi agenda nunggu di Dangdeur sendirian untuk melakukan perjalanan disetiap akhir semester selama 10 jam menggunakan Bus Kramat Djati, tak ada lagi kata homesick dalam kamusku, karena bunda dan ayah sudah bisa ditemui hanya dengan perjalanan 45 menit, aku akan merindukan hal itu, merindukan rasanya jadi anak rantau (lagi), KAMU mau kan suatu saat nanti mengajakku bernostalgia, mengulang masa-masa yang pernah aku alami? mengajakku kembali menjadi anak rantau? dan merasakan kembali rindunya untuk pulang ke kampung halaman? (mau gak mau kamu harus mau) haha.

Hei KAMU. Jika kamu adalah definisi yang sebelumnya pernah aku fahami, pasti kamu tau euforia yang aku rasakan saat ini, tau gimana dulu aku sangat antusias ketika bercerita keinginanku untuk memasuki kandang gajah ini, dan itu sekarang sudah menjadi nyata. Sekarang, jika suatu saat kamu ingin menemuiku, kamu tak perlu mencariku di kampus perjuangan UII lagi, datang saja kemari, ke masjid salman, aku menunggumu disitu, menunggumu untuk mendefinisikan siapa kamu bagiku, dan seberapa pentingnya arti definisimu bagiku. Tak jauh bukan? kamu tau kan lokasinya? aku nunggu kamu disitu yaa :)


Detik ini, episode baru dalam hidupku akan dimulai lagi, proposal mimpiku yang lain menunggu untuk mendapatkan kata acc dari Ia (lagi), masih tanpa KAMU tak apa, setidaknya aku yakin suatu saat kamu akan menemaniku berproses begitupun sebaliknya, aku pun akan menemanimu berproses, menemanimu berlari, kita akan berlari bersama untuk kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang akan mengekalkan kita, di Jannah-Nya :)

Dan, hari ini aku semakin kuat ketika kata "gagal" itu suatu saat menghampiri kembali, aku pernah jatuh berkali-kali, hingga berdebam pula, aku tau perihnya tertolak berulang kali, hingga aku kebal akan kata penolakan, tapi, yang namanya manusia yang percaya ke Maha Baikkan Rabbnya tak akan pernah nyerah, pasti meyakini bahwa jatah gagal memang selalu ada dan tugas kita adalah menghabiskannya, kalo gak pernah merasakan gagal hingga jatuh berdebam, bagaimana kita akan berproses dan mengambil pelajaran?

Semangat untuk kita, untuk kamu. Yuk berproses dalam kebaikan☺
Bandung, 23 Desember 2015