Senin, 25 November 2013

Catatan Kecil Seorang Anak untuk Kedua Malaikatnya :")

Ini cerita berawal ketika aku menginjakkan kakiku di desa dimana tempat aku dilahirkan. Desa yang selalu aku rindukan setiap waktunya. Desa yang penuh kenangan. Desa dimana aku mendapatkan cinta yang merupakan perwujudan nyata cinta yang diberikan dari Yang Maha Cinta. 

Angin dini hari di saat aku turun dari Bus masih seperti biasa. masih tetap sejuk, masih seperti dulu, masih jadi udara yang menyejukkan dan batinku melirih, Rabbi... terimakasih hamba masih diberi kesempatan untuk mengunjungi desa ini. Desaku tercinta.

Dan pada saat telah tiba di depan rumah yang selama belasan tahun menjadi tempat berteduhku, batinku semakin melirih. Rabbi... terimakasih aku masih bisa menapakkan kakiku di rumah yang penuh canda tawa di dalamnya. dan saat itu mataku tidak lepas dari sosok yang sedang menyapu halaman rumah, ketika itu tidak terlihat jelas siapa sosok itu, semakin mendekat, semakin jelas. Iya itu Bunda.. Bunda yang namanya selalu kusebut dalam munajatku kepada Yang Maha Cinta. Tapi, terlihat beda melihat bunda saat aku bertemu bunda untuk pertamakalinya setelah 2,5 bulan tidak bertatap muka dengannya. Bunda terlihat kurus, pipinya cekung, ada lingkar hitam di bawah matanya, tidak seperti ketika aku bertemu bunda terakhir kali sebelum aku berangkat meninggalkannya, tubuhnya masih terlihat tegar, masih terlihat segar, berbeda dengan sosok yang ada dihadapanku saat ini. Namun ada satu hal yang tidak pernah berubah, Mata Bunda. Iya mata bunda selalu bersinar, mata bunda selalu menyejukkan. Pancaran mata itu yang selalu membuatku kangen Bunda.. :")

Gak mau menampakkan wajah sedih, aku memanggil bunda dengan ceria.. "Bundaaaaaaaa...." seruku dari kejauhan, dan seketika bunda berbalik dan langsung memelukku erat. Eraaatt sekali, pelukan pagi itu terasa berbeda. Bunda seolah berbicara lewat pelukan itu, dan itu terjadi dengan durasi yang cukup lama.. ahh bunda.. betapa nyamannya ada dalam dekapanmu. dalam dekapan itu bunda bilang.. "anakku akhirnya datang..." ahhh air mata yang sedari tadi aku tahan akhirnya tumpah juga. Ini pagi paling mengharukan Rabbiiii.... :")

Bunda mengajakku masuk dan beliau langsung ke dapur untuk membuatkan aku segelas susu milo. iya bunda berlaku seolah tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Beliau masih memperlakukan anaknya seolah anaknya masih berusia 5 tahun.. Bundaaaaa... uzi mencintaimu :")
Dan ketika bunda kembali dengan membawa gelas berisi susu, aku langsung bilang.. "bundaa.. kenapa bunda jadi kurus? tuh liat pipi bunda, udah cekung..." dan bunda cuma jawab.. "Iya nzie gapapa, biar nanti orang gak keberatan ngangkat bunda pake keranda..." saat bunda bilang seperti itu aku cuma bisa terdiam. Iya terdiam mencerna kata-kata bunda barusan, tanpa menghiraukan kalimat selanjutnya yang bunda ucapkan. Lagi. Air mata ini mengalir lagi, dan semakin deras..  

____

Ayah menceritakan semua kondisi bunda saat ini, bunda yang harus selalu konsumsi obat, bunda yang harus bedrest, bunda yang gak boleh mendengar kabar yang membuatnya terlalu senang/terlalu sedih. Dari cerita ayah, aku tau ayah juga sedang takut kehilangan bunda (lagi). Ayah trauma kejadian 21 tahun lalu sebelum aku lahir di dunia ini terulang lagi. Kejadian dimana ayah sudah ikhlas jika Yang Maha Cinta mengambil bunda untuk saat itu. Ketika harapan bunda hanya beberapa persen saja. Tapi, Allah belum mengizinkan Bunda untuk pergi saat itu, bunda diberi mukjizat untuk tetap hidup dan melahirkan aku di dunia ini. 


Ahhh... Rabbiiii.... kalau uzi boleh meminta, uzi pengen Bunda sembuh, uzi pengen bunda seperti dulu. meskipun umur bunda udah 58 lebih, uzi pengen selalu bersama bunda.. Uzi gamau kehilangan bunda Rabbi... dan uzi pengen banget bahagiain Bunda, Ayah di hari tuanya. Maka dari itu Rabbi... sehatkan Bunda, sehatkan Ayah.. jauhkan segala macam penyakit pada keduanya.. Rabbi.... uzi masih pengen bersama mereka, uzi ingin melafalkan kalimat Labaik allahumma labaik. Labaikala syarikalabaik. Innal hamda wa ni'mata. Laka wal mulk la syarîka la bersama mereka di Tahun 2015. Rabbi.. sampaikan uzi pada waktu itu. waktu dimana Bunda, Ayah, Uzi bersama-sama menghadap pada Kiblat semua Muslim di dunia. :') Rabbi.... dengan merapal kata semoga, berharap Engkau mengabulkannya. :")