Rabu, 17 Juni 2015

KAMU (3)

Hai kamu yang belum terdefinisi..
Malam ini tepat dimana malam sudah menginjak pada bulan Ramadhan, dan aku tau kamu sedang sangat antusias dengan bulan ini. Aku pun demikian. Tapi entah kenapa, malam saat aku menuliskan tentang ini, mataku tak hentinya berurai air mata. Bukan karena aku menanyakan tentang kamu yang tak kunjung terdefinisi. Bukan karena kegalauan yang sering menghinggapi anak rantau yang sedang rindu akan suasana rumah disaat kerinduan akan bunda dan ayah dirumah semakin memuncak. Lebih dari itu. Air mata ini terus berurai ketika mengingat bahwa ini adalah Ramadhan terakhirku di Jogja. Kota yang mengajarkanku banyak pengalaman, kota yang selalu punya cerita, kota yang memberi arti padaku bahwa hidup itu bukan cuma tentang mencari definisi tentang kamu.


Bahwa perpisahan itu harga mati yang tidak bisa terpisah saat kata pertemuan sudah ditakdirkan.
Berawal dari perpisahan dengan teman sebelah kamar yang telah menyelesaikan misinya di kota ini. Selesai dengan misinya itu artinya selesai pula kisah di Kota penuh kenangan ini, dengan kata lain perpisahan tiada mungkin terelakkan. Jujur. aku benci dengan kata perpisahan. bagaimana tidak, banyak cerita yang sempat terukir dan itu harus pudar dengan adanya jarak yang membentang. 
Sekali lagi, perpisahan itu harga mati bukan?
Meskipun selalu menghibur diri dan menguatkan diri bahwa kita (antara aku dan kamu, antara aku dan orang-orang disekitarku, antara aku dan semua kenangan disini) bukan berpisah, hanya saja beranjak dari zona yang membuat sedikit terlena. beranjak dari tempat yang mungkin membawa kita ke zona baru yang lebih menguatkan, lebih menantang, lebih memberi arti. Tapi itu hanya sekedar kata untuk menghibur diri, tetap saja aliran air mata sebegitu derasnya ketika mengingat bahwa time is up ziaah... iya waktu mu sebentar lagi habis disini..

Hei Kamu.. harus melewati fase ini kah untuk mendefinisikan tentang kamu???????

0 komentar:

Posting Komentar