Minggu, 27 September 2015

Halo September Ceriaku ☺

Halo September Ceriaku...
Bulan ke 9 diantara 12 bulan dalam setahun yang cuma bulan ini ada lagunya yang berjudul "September Ceria", sehingga semua orang faham, bahwa bulan ini memang bulan ceria, bukan hanya bagi pemilik bulan ini, tapi bagi semua orang. Terbukti, tanggal 23 atau 24 September kemarin, semua orang Muslim didunia mendermakan sebagian hartanya untuk mempersembahkan qurban terbaik untuk mendekatkan diri pada Yang Maha Cinta dengan berbagi pada sesama manusia. "Tujuan untuk vertikal, dampak bagi horizontal".
Eits! Bentar, mungkin ada yang kontroversi, bagaimana dengan musibah di Saudi Arabia, dari mulai crane jatuh, kebakaran hotel, dan tragedi Mina? Yang menewaskan ribuan manusia disana, masih pantas bulan ini disebut bulan ceria? Jika aku jawab iya, apakah aku salah? Bulan ini tetap ceria, terlebih lagi bagi mereka yang wafat ditanah haram itu. Sekilas, tajuk diberita TV memang mengerikan, memakai kata "tragedi", bahkan beberapa stasiun TV mengatakan bahwa tragedi ini adalah tragedi terparah selama 25 tahun terakhir. Ngeri memang, tak bisa membayangkan bagaimana duka keluarga di tanah air masing-masing saat ditinggalkan oleh orang terkasih,  mereka pergi takakan pernah kembali. Aku pun demikian, tak bisa membayangkan bagaimana jika aku ada di posisi mereka sebagai orang yang ditinggalkan. Nangis? Jelas! Apalagi aku orangnya cengeng. Hehehe. Tapi, sekali lagi, jika maut sudah tertulis di lauhul mahfuz, kapan, dimana, kondisi seperti apa, itu adalah hal yang tak bisa ditawar lagi bukan? Kematian adalah harga mati untuk setiap insan yang bernyawa. Kullu nafsin dzaaa iqatul maut, bahwa setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Tinggal kita mempersiapkan diri, mau seperti apa nyawa kita dicabut oleh malaikat izrail, ingin didatangi dengan wajah bagaimana oleh malaikat Izrail saat waktu mengabdi di dunia berakhir, wajah ramah dengan senyum manis Izrail menyapa kita, atau muka sangar yang tak terbayangkan garangnya seperti apa? Wallahualam. Itu tergantung amalan kita kan? Tapi, dalam hatiku selalu berdoa, semoga aku, dan semua orang yang membaca tulisan ini kelak meninggalkan dunia ini dengan keadaan khusnul khatimah, masa kita ga ingin memberikan senyum terbaik kita pada saat meninggalkan dunia ini? ☺ Kembali lagi ke topik awal, tragedi di Saudi Arabia kemarin memang memilukan, tapi jika ditinjau dari waktu, tampat, kondisi para korban itu meninggal, bukankah seharusnya kita iri pada mereka? Meninggal di tempat mulia, dalam kondisi sesaat setelah mereka menangisi dosadosanya, bertaubat, dan memohon ampunan Allah di Padang Arafah, meninggal dalam keadaan sedang berhaji, bukankah Syurga ada pada mereka? Jadi gak salahkan aku mengatakan bahwa bulan ini adalah bulan ceria? 

Halo September Ceriaku
Banyak kejadian yang selalu ku ambil hikmahnya untuk menjadi pribadi yang lebih baik, saat kaki melangkah, Allah selalu menuntunku untuk membuktikan bahwa Ia adalah Maha Rahim, tak selayaknya aku mengingkari segala pemberianNya, saat Ia memberikan semuanya, bahkan untuk segala permintaan yang tak sempat terucapkan lewat lisan, bahkan Ia menyayangi hambanya ketika hambanya selalu berbuat dosa. Malu, syukur, haru bercampur aduk jadi satu. Tak ada kata yang dapat dirangkai untuk mengungkapkan betapa Rahimnya Ia. Allah. Terimakasih untuk hidup 22 tahun yang penuh kejutan darimu.

Halo September Ceriaku
Kini, aku sudah berada di penghujung bulanmu, menunggumu di tahun depan entah aku masih sanggup atau tidak, mungkin IYA jika catatan waktu kematianku yang tertuliskan disana masih menyampaikan usiaku bertemu dengan mu, dan mungkin juga TIDAK, jika takdir mengatakan bahwa ini adalah pertemuanku denganmu yang terakhir. Tetapi, bagaimana pun. Aku bersyukur masih bisa berdendang lagu september ceria di bulan ini. 

Halo September Ceriaku
Tunggu aku di episode september ceria berikutnya, dengan cerita dahsyat lainnya. Aku senang menjadi bagian darimu, September ☺

0 komentar:

Posting Komentar