Sabtu, 23 Mei 2015

KAMU (1)

Assalamualaikum kekasih hati
Assalamualaikum pendamping diri
Tak pernah kubayangkan, kau tawarkan genggaman
mengobati luka di jiwa..

Assalamualaikum cinta sejati
Assalamualaikum penghias mimpi
dari negeri yang jauh menelusuri waktu
kau datang penuhi takdirku

Kasih.. tak pernah menyerah
walau ujian datang menyapa
cinta yang dulu timbulkan luka
kini pernah berganti cahaya
_Ost Film Assalamualaikum Beijing



Lagu tersebut menjadi soundtrack saat ini, saat aku lagi-lagi terlibat (lagi) dengan gejolak hati yang menanyakan tentang "kamu". Kamu yang masih tak terjawab hingga detik ini, detik dimana jari ini mengetik tentang "kamu". Kamu yang masih belum mampu mengusap derai air mata saat ini. Kamu yang belum bisa menjadi pendengar keluh ku ketika peluh tak kunjung usai. Kamu yang masih tak terdefinisi. Kamu yang masih dan selalu ku mohonkan. Dan aku tau kenapa kamu tak kunjung menemuiku, karena kamu, belum usai menyelesaikan misi mu. Aku selalu beranggapan bahwa pencapaian dari misimu yang terakhir adalah aku. Anggapanku bahwa kamu sedang berjuang menyelesaikannya untuk segera menemui aku. Kamu taukan? bahwa kita akan bertemu, itu adalah keniscayaan. Kok kamu tertawa? ada yang salah dengan anggapanku? apa aku terlalu percaya diri hingga menganggap kamu sedang berjuang mencapai misi-misi mu hingga kamu menemui titik akhir dari pencapaianmu, dan itu aku? Gapapa. tertawalah. Tapi kamu tau? anggapanku itu selalu menguatkanku ketika gejolak hati ini sedang tak mampu aku kendalikan. Kamu tau? dengan menganggap kamu sedang berjuang untuk menemuiku kelak, energi positif itu selalu aku rasakan. Aku pun sedang berjuang untuk menemuimu. Kamu tak usah tau apa yang sedang aku perjuangkan, kelak kamu akan mengetahuinya dan itu kamu harus dengar sendiri ketika kalimat ijab sudah kamu ucapkan. yang jelas aku sedang memantaskan diri untuk bertemu dengan kamu, aku gamau terlihat memprihatinkan saat tepat berada dihadapanmu, aku harus banyak mengukir sejarah dalam perjalanan panjangku untuk bertemu kamu, sehingga banyak cerita yang aku kisahkan saat kamu pertama kali genggam tanganku. Hahaha. Kamu semakin tertawakan? aku pun demikian. Tertawalah. Kita masih tertawa dalam dimensi yang berbeda. Gapapa. walau dalam dimensi yang berbeda, sekali lagi itu menguatkan aku, bahwa kamu sedang merasakan apa yang aku rasakan. *Bersambung... :) 

0 komentar:

Posting Komentar