Selasa, 30 Juni 2015

Cerita bukan tentang KAMU

Ini bukan cerita tentang KAMU yang sering aku bahas akhir-akhir ini, bukan cerita tentang kamu yang selalu aku cari definisinya. Terlebih dari itu. ini tentang orang yang selalu menguatkan disaat tidak ada alasan untuk tetap berjuang, dia yang selalu menanyakan kabar tiap saat, tidak lewat sms, tidak lewat telfon, tidak lewat jenis massanger lainnya, tapi dia selalu menanyakan kabar lewat munajat yang selalu ia panjatkan di sepertiga malamnya. Dia seseorang yang selalu aku panjatkan syukur pada Allah karena telah memberi sosok seperti Dia. Dia adalah pria terhebatku. Ayah.

Sebagai anak manja yang tidak pernah lepas dari Ia, ini adalah rekor terlama ku tidak bertemu dengannya. Sudah lebih dari 6 bulan tidak melihat senyumnya, tidak memeluk erat raganya, tidak berceloteh langsung layaknya anak usia 5 tahun yang masih sering cerita tentang apapun padanya,
tanpa beban, tanpa ada yang difikirkan, mengucap seolah dia adalah pendengar yang selalu sabar mendengarkan cerita putri kecilnya. Ayah. Aku rindu suasana itu. aku rindu engkau menatapku dengan penuh kasih. Aku rindu dipeluk olehmu, diusap keningnya, sembari engkau menceritakan pengalaman yang sudah engkau alami untuk menguatkan putri kecilmu, bahwa apa yang dialami oleh putri kecilmu adalah bagian dari episode yang akan menuai rating tinggi di kemudian hari. Iya rating tinggi dari Sang Maha Cinta.

Ayah. malam ini izinkan putri kecilmu ini berurai air mata ya? aku tau ayah, jika engkau tau bahwa putri kecilmu ini sedang menangis, engkau akan memarahiku kan? aku sudah berusaha menjadi apa yang engkau ajarkan. aku selalu ingat pesanmu disetiap aku mencium tanganmu untuk menginjakkan kaki keluar dari rumah. "Jaga diri ya nak. Jadi putri kecil ayah yang tangguh, gak pernah menyerah, gak pernah mengeluh akan apapun" aku selalu ingat pesan itu ayah. Tapi untuk kali ini izinkan mata ini mengeluarkan apa yang seharusnya dikeluarkan. Putri kecilmu tidak bisa untuk menahan untuk hal satu ini ayah.


Ayah. membaca pesan itu ada sesak yang rasanya tidak dapat terobati oleh segala jenis obat yang selama ini telah ditemukan oleh seorang pharmacist. Tidak ada ayah. Sesak itu timbul saat membaca keinginanmu untuk aku segera menyelesaikan study ku kan ayah? iya aku sedang berjuang untuk itu ayah. Tidak lama lagi putri kecil ayah ini akan menjadi seorang sarjana. Tapi ayah, apakah putri kecilmu ini boleh meminta padamu satu hal? Boleh kan ayah? Walau aku tau tidak ada satupun keinginanku yang tidak engkau kabulkan. Tapi untuk satu ini, putri kecilmu ini mohon padamu ayah. Tolong jaga kesehatan ayah. jangan keras kepala ketika disuruh ke dokter. Aku tau ayah adalah orang terkuat yang pernah aku kenal, tidak ada yang sekuat ayah. tapi ayah, putri kecilmu ini hanya sekedar takut kehilanganmu. Putri kecilmu ini masih ingin engkau bimbing, masih perlu wejangan darimu, masih perlu kasih sayangmu. Putri kecilmu ini belum sempat membahagiakanmu. Putri kecilmu ini belum bisa menjadi alasanmu untuk tersenyum di usia senja mu. Angka 66 bukan angka yang sedikit kan ayah? Putri kecilmu ini cuma sekedar takut ayah. Cuma sekedar takut. 

Ayah.. ada satu hal yang aku iri pada kakak kakakku. Mereka mengenalmu lebih lama daripada aku mengenalmu. Tapi bukan itu yang jadi persoalannya ayah. Aku takut tidak memiliki kesempatan untuk membuatmu bangga seperti yang kakak-kakak telah lakukan. Ayah maafkan putri kecilmu ini belum bisa jadi seperti apa yang ayah inginkan.

Ayah.. dalam munajatku pada yang Maha Cinta, semoga Yang Maha Cinta menyampaikan betapa rinduku padamu ayah. Ayah yang sehat ya. Aku mencintaimu. 

_Salam sayang dari putri kecilmu_

2 komentar:

  1. Bagus tulisannya..
    Semoga ayahnya tetap diberi kesehatan hingga kamu bisa berbakti dan membuat dia bangga. Amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih. Aamiin allahumma aamiin. Semoga doa baik berbalik pula pada yang mendoakan 😊

      Hapus