Selasa, 15 Maret 2016

Sebatas Wacana ~

Assalamualaikum.. 
Tanggal 22 Desember 2015 adalah hari terakhir dimana aku menenggelamkan diri dalam lamunan panjangku, me-recall memori perjalanan yang telah aku lewati, banyak tangisnya, tapi sebanyak air mata yang keluar, sebanyak itulah syukur yang harus dipanjatkan pada Yang Maha Cinta, bahwa janji Ia itu pasti, Ia tak akan membiarkan hambanya menangis sendirian dengan segala masalah yang dialami, dengan semua potongan episode yang terlewati tanpa adanya penyelesaian dan hikmah yang dapat dipetik setelahnya. Aku bersyukur bahwa aku masih bisa mencari Cinta Allah dalam setiap permasalahan yang Ia berikan, bayangkan? masih banyak orang yang tak menemukan Allah di dalam setiap air mata yang terurai pada pipinya, sesungguhnya bagiku, merugilah Ia, karena orang seperti itu tak akan pernah merasakan menangis dalam kenikmatan yang mendalam, menangis bukan karena permasalahan yang menghampiri, tapi menangis karena merasa bahwa Allah sedang sangat dekat dengan kita, seolah Ia sedang memeluk, mengusap kepala sambil berkata, "Hambaku, sesungguhnya Aku sangat dekat dengan Mu, Aku mencintaimu, hambaKu". 

Dan malam ini tanggal 15 Maret, sengaja aku meliburkan otakku dari segala aktivitas perkuliahan yang jika dikeluhkan akan banyak hal yang terlontar dari bibirku, mengeluhkan mengapa harus begini, mengapa harus begitu, tapi lagi-lagi aku bersyukur, karena Ia menuntunku untuk menjadi wanita yang tangguh, tanpa mengeluh, dan selalu menghibur diri dengan perkataan dan perbuatan yang membuat optimis ketika semangat ada pada titik kritis. Malam ini aku ingin meluangkan waktu untuk menenggelamkan diriku jauh kepada hati yang terdalam, dalam perenungan panjang, hingga aku menemukan titik kedamaian itu berada. Ah Allah, jawabannya itu adalah titik dimana aku menemukan Engkau kembali. bermesraan denganMu (lagi) setelah sekian waktu aku mengabaikanMu dengan urusan keduniawian. Allah, cemburukah Engkau? 

Minggu ini adalah minggu dimana Ujian Tengah Semester berlangsung, sejujurnya ini adalah hari yang aku tunggu sejak lama, dulu aku sangat mendamba merasakan bagaimana mengerjakan soal-soal di kampus ini, dan pada hari ini pertanyaan yang dulu memenuhi "kotak petanyaan" dalam otakku sudah terjawab. plis jangan ditanya bagaimana soalnya, bisa apa ngga mengerjakan, dan pertanyaan sejenis lainnya, karena aku akan menjawabnya hanya dengan senyuman. Dan ketika aku memaksimalkan apa yang aku usahakan, aku merasa mengabaikan yang seharusnya tak diabaikan, mungkin Ia hanya tersenyum mengamatiku, menunggu aku untuk mengadu semua keluhku padaNya, menunggu untuk aku mencurahkan apa yang aku rasa pada Ia, mungkin Ia kangen dengan segala ceritaku, dengan segala apa yang aku alami, tapi sayangnya aku begitu egois, menemui Ia ala kadarnya, itupun ditunda ketika urusan keduniaanku telah selesai, menomor 2 kan Ia, padahal dulu ketika ada maunya, nangis-nangis minta supaya cepat dikabulkan, mengangkat tangan sampai tak terasa pegel untuk mendapat iba dari Ia, tapi sekarang? ketika apa yang diinginkan sudah di-acc olehNya, Ia dikesampingkan. Apakah begitu kodratnya manusia peminta macam kita? ketika ada maunya saja merayu-rayu hingga merasa bahwa manusia macam kita ini adalah satu-satunya manusia yang harus segera di kabulkan permintaannya saat itu juga? Egois ya? Iya gak sih? Aku pribadi sih iya, hingga detik ini saat tulisan ini lagi diketik, aku lagi menertawakan diriku sendiri, dimana ucapan yang dulu dijanjikan bahwa saat Ia sudah mengiyakan apa yang diminta, ibadahnya akan ditingkatkan, hafalannya akan diperbanyak, sunnahnya akan lebih digiatkan? dimana semua ucapan itu? Ah ternyata manusia selain makhluk yang egois, ia juga adalah makhluk yang pandai berwacana. HAHA. mari kita menertawakan diri sendiri, sekencang-kencangnya. Jika pembaca tidak mau menertawakan, biarlah aku tertawa sendiri, karena sejatinya apa yang aku tulis adalah sindiran bagi diriku sendiri. Atau mungkin hanya aku satu-satunya manusia yang paling egois dan pandai berwacana, ah mungkin iyaa. selebihnya, manusia yang lain adalah manusia sebaik-baiknya manusia sesuai dengan tujuan manusia itu diciptakan sebagai khalifah di bumi ini. Mudah-mudahan memang demikian. :)

Dalam menulis tulisan ini, tak sengaja terputar lagu edcoustic-Aku Ingin MencintaiMu. liriknya sesuai dengan tema tulisan pada malam ini. "Aku ingin mencintaiMu, setulusnya, sebenar-benar aku cinta dalam doa, dalam ucapan, dalam setiap langkahku, aku ingin mendekatiMu selamanya, sehina apapun diriku, ku berharap, untuk bertemu dengan Mu Ya Rabbii..." Kebetulan? Iya sangat kebetulan terputar lagu ini, lagu yang entah mengapa malam ini semakin mengena, dalam lirik tersebut hanya diucapkan kata Ingin... yaa sekedar ingin, lagi-lagi aku merasa tersindir, selama ini aku hanya berucap INGIN dekat dengan Ia, tapi realisasinya? jauh dari ekspektasi. Ah Allah. lagi-lagi aku merasa malu sama Engkau. Masih mau kah Engkau kembali bermesraan denganku seperti dulu? Tidakkah Engkau letih menerima kembali hambaMu yang sebentar-sebentar menghilang dan sesaat setelah itu mendekat kembali? Ah pertanyaan bodoh, jawabannya pasti ngga lah, iya kan Rabb? :')

Oiia, hari ini juga adalah hari pertamaku memakai jas almamater punyaku sendiri, gak pinjam lagi punya kaka angkatan untuk foto KTM, ini beneran punyaku sendiri. Dan, finally aku merasa pakai jas ini, setelah penantian panjangku... 


Allah. Terimakasih untuk senantiasa mengabulkan setiap apa yang aku pinta, meskipun tak ada balasan yang selayaknya aku berikan padaMu. Allah. terimakasih untuk selalu mencintaiku, meskipun rasa cintaku ternyata lebih besar pada segala bentuk ciptaanMu. Allah. terimakasih untuk selalu ada ketika aku mencariMu lewat malam-malam yang berdzikir. Allah. Terimakasih hingga detik ini aku masih merasa Engkau masih dan akan selalu mencintaiku, oleh karena itu Engkau takkan mampu membiarkan aku menangis sendirian, berjuang sendirian, dan menanti sendirian. Allah, meskipun masih sebatas wacana untuk mengatakan aku mencintaiMu, tapi terimalah sebuah wacana dari hambaMu yang Tak Tahu Malu ini. Allah. Terimakasih untuk kesempatan hidup yang Engkau berikan. Aku tak sabar menunggu waktu saatku harus bertemu denganMu. Allah. Tegur aku jika aku salah ya? bimbing aku selalu dalam jalanMu. Allah. Aku mencintaiMu.





0 komentar:

Posting Komentar