Rabu, 13 November 2019

Jadi Abdi Negara. Refleksi diri dulu yuk :)

Tulisan ini sekedar mengingatkan akan hal ajaib yang membawa hingga detik ini. Ku selalu takjub dengan apa yang ditulis, sungguh! sebegitu ajaibnya kekuatan doa, sebegitu dibuat takjubnya akan tulisan yang menjadi nyata.

Kini.
Aku menjalani dunia yang kemarin aku desain, ya! kehidupan yang aku tulis kemarin di catatan harianku, pada secarik kertas yang selalu ku semogakan, diantara list per list yang aku tulis ternyata sebagian besar terealisasi. Sungguh Allah Maha Penggenggam Doa!

Bagi sebagian orang, mungkin ini terlihat sederhana. "alah... semua orang juga merasakan hal yang sama" "ealaah... ga cuma kamu doang kels.." "ada yang lebih hebat kelss..." Betul. ini hanya pencapain dunia yang semua orang bisa mendapatkannya, ada orang yang selalu lebiih hebat, karena memang begitu nyatanya, diatas langit masih ada langit. Pencapaian dunia tidak akan pernah membuat seseorang menjadi puas, justru akan merasa selalu kurang dan kurang, layaknya meminum air laut, semakin diteguk, semakin kuat pula rasa haus melanda.  Ya! tipu daya dunia selalu membuat orang silau, lupa akan tujuan akhir yang lebih kekal. Semoga kita ga termasuk di dalamnya ya :)

Sumber: Google

Juli 2018
Bulan dimana aku menenggelamkan diri pada perenungan panjang, berlabuh dimana kehidupanku. 3 bulan paska wisuda master, ku rasa sudah cukup aku terombang ambing, tak segera memutuskan untuk memilih menepikan perahu pada satu dermaga yang akan membuatku tumbuh, selama ini aku terlalu nyaman dengan kegiatan ngasisten, ngajar privat, ngajar mahasiswa, bahkan bolak balik ibukota untuk ngurus per-borang-an untuk mendirikan prodi farmasi di salahsatu Perguruan Tinggi di Jakarta. Hal itu membuatku selama ini nyaman, tapi ternyata itu tak cukup. Terlebih tak cukup untuk menjawab pertanyaan tetangga, seperti "sekarang menetap dimana, kerja dimana, dan pertanyaan sejenis lainnya" maklum sepertinya paradigma kalau masih tinggal dengan orang tua itu ya artinya belum bekerja adalah hal yang masih mengakar pada lingkungan rumahku. 

Hingga, pada akhirnya, ku membawa secarik kertas, mencorat-coret lembaran putih dengan pena, menuliskan segala kemungkinan yang akan aku lakukan, detil dengan kelebihan dan kekurangannya. Stuck! Stuck ketika kemungkinan terbesar adalah aku mengambil profesi apotekerku, namun dimana?

ITB dan UI masuk daftar list untuk mendaftarkan diri, terlebih ITB yang selalu ku semogakan, namun ku urungkan niat, karena terkendala soal biaya. ya! cukup besar bagiku untuk sekedar meraih gelar apoteker. Mungkin akan menjadi hal biasa ketika aku mau saja bilang pada ayah, "Ayah.. aku mau apoteker." pasti akan langsung di acc, karena seperti yang ku katakan pada tulisan-tulisan ku sebelumnya, bagi ayah pendidikan itu nomor 1, akan selalu didukung. Tapi sayangnya, ku ga berani mengatakan itu, usia 24 sudah cukup aku bergantung pada ayah, begitu tekadku! sehingga, pada akhirnya pilihan apoteker sedikit demi sedikit ku hapus dari master plan-ku, walau dalam hati masih ingin. Namun dengan mencoba realistis, ku rombak catatanku, menulis kembali kemungkinan lain, me-list seluruh perusahaan industri farmasi yang memungkinkan untuk menerima S2 Farmakokimia, tak lupa ku juga me-list daftar perguruan tinggi untuk lowongan dosen tetap, hingga di daftar terakhir ku menuliskan CPNS 2018.

Ku percaya,  selalu ada harap disetiap tulisan, dan Allah adalah sebaik-baiknya penggenggam harap :")

Tertegun pada kata CPNS yang tak pernah ada pada bayanganku sebelumnya, maklum keluarga intiku tak ada yang menjadi abdi negara, maka menjadi seorang PNS bukan hal yang wajib untuk mencari nafkah. Aku bersyukur karena orang tuaku tak pernah memaksa untukku jadi PNS, yang mana ketika ku mendengar teman-temanku atau bahkan orang-orang yang sudah lama mengabdi, ketika ditanya alasan kenapa memilih untuk menjadi abdi negara, jawaban terbanyak adalah "pilihan orang tua...", dan ketika ku tanya kembali "suka dengan keputusan ini? rata-rata menjawab, kalau bukan karena orang tuaa.... dan sederet alasan lain yang mengatasnamakan orang tua. Secara pribadi ku tak bisa membayangkan ketika aku harus menjalani peran tanpa nyawa, selalu menjadikan orang tua alasan dengan dalih yang penting orang tua bahagia buatku bukan alasan yang bijak, birrul walidain bukan hanya saja tentang itu...  walau sedikitnya aku faham dengan kerisauan para orang tua terhadap anaknya, siapa yang tak ingin anaknya berpenghasilan tetap, tanpa PHK, dan menjamin hari tua pula karena adanya dana pensiunan. Wajar! Tapi bukan berarti karena alasan itu pula, kita menjalani sesuatu yang tidak kita sukai. Meski aku belum merasakan menjadi orang tua, namun bagiku komunikasi dan meyakinkan adalah kunci untuk menenangkan hati keduanya, sepakat?

Daftar CPNS? MMM... tulisan ini memang sengaja ku buat untuk para pejuang CPNS yang peminatnya mmmm luar biasaaa, dan seengganya disini aku berbagi berdasarkan apa yang aku alami dan berdasarkan apa yang ku rasakan setelah hampir satu tahun sebagai abdi negara.
  1. Hal yang pertama perlu dilakukan sebelum benar-benar memutuskan akan daftar CPNS adalah, pastikan Niat sudah lurus, selurus-lurusnya. Innamal a'malu binniat. Segala sesuatu itu tergantung dari niat. Kompromi dengan hati, fahami tujuan hidup, tanyakan sama diri sendiri mendaftar CPNS untuk apa? iseng? menuruti keinginan orang tua? ikut-ikutan? biar dapetin profesi idaman mertua? dan sederetan alasan lainnya. Walau dulu, pertama aku daftar selain karena aku butuh rumah untuk mengembangkan potensi diri, niatku adalah untuk men-challenge diri, "mampu ga ya aku mengerjakan soal-soal CPNS itu?" "kaya gimana sih soalnya?"  "Mampu ga ya aku bersaing dengan bejibun manusia yang memperjuangkan hal yang sama?". Hanya sebatas itu, selebihnya tidak ada ekspektasi apapun untuk hasil akhir seperti apa. Namun, seiring berjalan proses, kuubah niatku, ada yang salah dari niatku, ternyata aku punya niat yang sedari dulu selalu ku gaungkan dalam hati, visi UII terlalu dalam tertanam dalam hatiku "Rahmatan lil Alamin", maka sejak saat itu ku rapalkan doa, "Allah... jika jalan menjadi CPNS ini adalah jalan terbaik untuk mengaktualisasikan diri menjadi agen Rahmatan lil alamin, maka ridhoi-lah"
  2. Lantas, setelah usai kompromi dengan diri, faham akan tujuan hidup. Langkah selanjutnya adalah mengurai langkah. Menyusun strategi terbaik untuk menentukan jalan. Ini penting karena yang paling tau diri kita adalah diri sendiri, dan tidak ada yang lebih paling memahami kemauan sendiri selain diri sendiri. Bahkan, nanti ketika di akhirat, bukankah tidak ada yang dapat menolong kita selain diri sendiri? Jadi. Memahami diri ini langkah awal dan penting dalam mengurai langkah. Ditahap ini yang paling penting adalah mencari peluang yang paling memungkinkan dengan tidak mengabaikan pendidikan yang dipunya. Benar-benar harus sesuai antara ijazah dengan pendidikan yang dibutuhkan. Dulu, aku ingat betul.. masih gamang mau memilih instansi mana, dengan modal ijazah S2 Farmasi tanpa apoteker, pilihan terbesarku hanya 1, Dosen-Kemenristek Dikti. Walau dalam hati sempat minder... "pasti saingannya pinter-pinter..., publikasi dimana-mana..." dan sederet keraguan yang lain. Disitu coretan kertas sudah tak terbilang, ku terbiasa menulis plus/minus ketika aku mengambil keputusan. Pencarian tak hanya sampai pada satu pilihan, ku pilih instansi lain yang menerima ijazah S2 tanpa apoteker, dan ku tertegun dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan, dalam hati berlirih "tumben BPOM nerima S2, seingetku biasanya paling apoteker, di BPOM pusat pulaa" lalu, ku kerucutkan pilihan ku pada dua pilihan itu (Kemenristek-Dikti dan BPOM)
  3. Langkah ketiga adalah minta restu Orang Tua. Ini paling wajib dilakukan. (lagi) ku terbiasa melibatkan orang tua dalam setiap keputusan yang aku ambil. Langkah ini ku tempatkan pada poin ketiga karena keterlibatan orang tua menjadi wajib ketika poin 1 dan 2 sudah dilaksanakan, tujuannya supaya kedepannya kita menjalankan sesuatu linier antara keinginan dan restu orang tua, bukan malah bertolak belakang yang pada akhirnya ada salah satu rasa yang dikorbankan. Disini ku ingat betul, kertas yang sudah ku coret-coret berisi dua pilihan yang ku ambil lengkap dengan plus dan minusnya, ku utarakan pada ayah dan bunda. Masih terbayang diingatanku, sewaktu ku bilang Kemenristek Dikti dengan memilih Universitas Andalas (UNAND) yang menjadi pilihan pertamaku, bunda terdiam, matanya berkaca-kaca. Ku tanya, bunda kenapa? dan jawaban bunda begitu sederhana, "nanti nzi jauh dari bunda". Sederhana namun menusuk. Oke, sepertinya ini bukan menjadi pilihan, lantas ku utarakan pilihan kedua, BPOM Pusat. dan diluar ekspektasi, bunda langsung mengangguk, dan berlirih.. "semangat nzi.. bunda doakan nzi bisa..." kemantapan jawaban bunda menjadi energi buatku, ku bulatkan tekad, "Allah.. bimbing hamba..."
  4. Setalah poin 1-3 selesai, maka tinggal memaksimalkan usaha. Ya! hasil tidak akan mengkhianati usaha itu memang benar adanya. Layaknya hendak pergi ke suatu tempat, kita harus tau medan nya seperti apa, amunisi apa yang perlu dipersiapkan. Gitu juga dengan CPNS. Beli buku CPNS di toko buku, dan segala jenis printilannya, stalking di twitter akun @BKNgoid, mantau informasi terupdate, stalking akun-akun cpns di instagram, bahkan sampai bacain komen2 netizen, bacain komen2 ini menjadi penting karena untuk me-recharge semangat, bahwa kita ga berusaha sendirian, bahkan menjadi hiburan dikala kita merasa lelah belajar. Netizen Indonesia memang pelawak unggul😂 Lantas apa yang dipelajari? di tes tahap kedua setelah lolos administratif adalah Seleksi Kemampuan Dasar (SKD), ditahap ini sebenarnya adalah tahap penentuan, karena orang banyak yang ga lolos ditahap ini, padahal sesungguhnya materinya adalah materi sederhana yang sudah dikemas menjadi tak sederhana haha.. SKD ini terdiri dari Wawasan Kebangsaan, Intelegensia Umum, Karakteristik Pribadi, yang masing-masing komponen punya ambang nilai minimalnya. Bukan materi yang asing, bahkan dari SD sudah sangat terpapar, bagaimana mencintai Indonesia dengan belajar sejarahnya, belajar hitung-hitungan cepat, dan bagaimana beretika yang baik, kalau sudah terbiasa dengan soal-soal psikotes pasti bisaaa, intinya dari seleksi ini adalah Fokus dan Tenang, karena yang menggagalkan adalah ketika kita tidak fokus dan ga tenang.
  5. Tahap selanjutnya adalah Seleksi Kemampuan Bidang (SKB), kalau sudah sampai tahap ini sih tidak banyak yang ku sarankan, karena ini adalah seleksi kemampuan di bidang masing-masing. Masih ingat ketika formasi yang aku daftar menyediakan kuota untuk 11 orang, dan yang lulus tahap SKD hanya 4 orang, aku ada diurutan kedua, alhamdulillah.. kalimat #awtolulus diucapkan oleh siapapun yang lihat hasil pengumuman SKD, tapi namanya manusia jangan jumawa, walau persentase kelulusan bisa diprediksi harus tetap memaksimalkan usaha di seleksi akhir ini, Seleksi Bidang dan Wawancara. Kuncinya lagi-lagi adalah, Tenang! sepintar apapun kita, sebanyak apapun ilmu yang sudah dikantongi, kalau diri dalam kondisi ga tenang maka buyar lah semua.
  6. Setelah semua tahap dilalui, tak ada yang dapat kita lakukan selain melangitkan doa. Bagaimana doanya? terserah masing-masing yaaa, Allah Maha Sayang dan Maha Dengar  keinginan hamba yang berharap. (lagi) Allah adalah sebaik-baiknya penggenggam harap. Jangan ragu berdoa yaaa :)
Kesimpulannya gimana?

  1. Tidak mungkin terjadi sesuatu dalam kehidupan kita jika Allah tidak mengizinkan, jadi semua atas izin Allah. Maka meminta izin pada Allah adalah yang utama. Tapi eitss, ga sebatas izin yaaa, buat Allah Ridho jugaa, karena sesuatu yang diizinkan Allah belum tentu Allah ridhoi. Berbekal Izin dan Ridho Allah, inshaAllah jalannya akan dipermudah :)
  2. Perhatikan berkas-berkas untuk seleksi administratif, rajin-rajin baca, mantengin informasi, jangan sampai ada yang kelewatan atau yang ga sesuai dengan yang dipersyaratkan.
  3. Maksimalkan usaha dengan belajar giat! Oia, mungkin bagi sekarang yang mengikuti tes CPNS ini ada yang sudah kerja, berumah tangga dan sulit untuk mengutamakan prioritas, dan disini kuncinya adalah pandai-pandai memanajemen waktu. Sewaktu aku mengikuti tes CPNS ini, aku dihadapkan pada persiapan ke Turki untuk jadi pembicara, keduanya dalam waktu bersamaan. Bukan main rasanya mengatur waktu saat itu, antara belajar CPNS dan mempersiapkan diri untuk memberikan yang terbaik di negara orang, rasanya waktu 24 jam ga cukup! tapi lagi-lagi tenang adalah kunci. Tarik nafas, gaungkan Basmallah, inshaAllah Ia akan memberikan kemudahan :)
  4. Terakhir, Lurusin Niat! Apapun hasilnya, sudah legawa sejak awal. Turunkan ekspektasi, apalagi ekspektasi yang condong pada dunia :) Allah Tahu mana yang terbaik, Rezeki Allah itu Luas. Jangan kita petakkan bahwa dengan jadi PNS hidup pasti terjamin. 
  5. Tantangan terbesar adalah bukan ketika kita mencoba memasuki gerbang CPNS dengan mengikuti seleksi ini, namun justru tantangan yang sesungguhnya adalah ketika kita sudah masuk dunia PNS, ada ego yang diredam, ada idealis yang terkikis, Percaya deh! Dimana pun kita mendedikasikan diri, selalu ingat tujuan akhir kita untuk apa, karena itu yang jadi pondasi.

Semangat untuk kalian yang sedang berjuang! Allah bersama orang yang bersungguh-sungguh ☺☺☺


1 komentar:

  1. JOIN NOW
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    Menyediakan Deposit Via Pulsa TELKOMSEL / XL
    Dompet Digital Via OVO, DANA, LINK AJA DAN GOPAY
    Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
    WA : +855 88 868 8229
    Online 24Jam Bosku
    www.dewa-lotto.site
    www.dewa-lotto.club

    BalasHapus