Senin, 02 Mei 2016

Apakah ini yang kamu mau, Zi?

Hai Pembaca Setia Blogku yang tanpa bosan mengikuti cerita gak jelas dari episode hidupku. Selamat malam. Lagi-lagi, aku menulis karena moodku sedang berantakan, tenang. bukan tentang cowok kok, saat ini aku hanya lagi perang batin dengan diri sendiri. aku sedang mempertanyakan sebuah pertanyaan untuk diriku sendiri "Apakah ini yang kamu mau?"

Lagi-lagi aku bercerita tentang kampus impianku, kampus yang sedari dulu aku idamkan dan saat ini aku sudah menjadi bagian darinya, Iya. Aku sudah menjadi mahasiswa kampus ini. Sesuai dengan proposal yang aku ajukan Pada Yang Maha Cinta. Dan yang ingin aku ceritakan disini adalah, finally aku bertemu dengan dosen dari kampus impianku yang aku temui di Padang pada saat OFI tahun 2014 lalu, saat itu aku menangis melihat bagaimana mahasiswa/mahasiswi-nya yang menjadi sainganku mendapatkan penjelasan sejelas-jelasnya tentang materi yang akan dilombakan, terlihat mereka begitu antusias mendengar penjelasan dari dosennya itu, seolah mereka sudah menguasai dan siap memenangkan perlombaan. Saat itu aku menangis, menangis karena aku iri, aku gak mendapatkan hal seperti apa yang aku lihat tepat didepan mataku. Saat itu dalam hatiu berlirih, "Rabb.. aku ingin sekali menjadi mahasiswi itu, aku ingin duduk disana mendengar penjelasan dari dosen seperti itu, aku hanya ingin menjadi orang yang pintar". Sejak saat itu aku bertekad bagaimana pun caranya, aku harus merealisasikannya dan mendapat kesempatan sama seperti yang mereka dapat. 

Dan. Iya. Lirihanku ternyata di kabulkan Allah, aku ada di posisi sama seperti yang aku lihat waktu di Padang, aku dijelaskan sejelas-jelasnya oleh dosen yang sama persis aku temui. Aku senang dengan penjelasannya, benar-benar jelas, dan benar-benar membuatku faham alasan mendasar tentang pembuatan suatu sediaan obat, contoh aku sekarang mengerti perbedaan mendasar dari makroemulsi dan mikroemulsi, bukan sekedar tentang ukuran molekul yang berbeda,yang satu makro dan yang satu mikro, tetapi ada hal mendasar yang sangat prinsip terhadap kedua sediaan tersebut, yaitu tentang penambahan co-surfaktan. Simpel kan? sebagai seorang farmasis pasti sudah sangat familiar dengan kata co-surfaktan tapi bagaimana prinsip dia mampu mebedakan makro dan mikroemulsi aku baru faham hari itu, saat dosennya menjelaskan. lagi-lagi hatiku berlirih, "Pantas aku selalu kalah dengan anak kampus impianku ini ketika lomba, ternyata mereka diajarkan hal seperti ini.." haha. tiba-tiba aku melakuakan pemakluman terhadap diri sendiri atas kegagalanku saat OFI kemarin yang hanya mampu menempati peringkat ke 12, tentunya dibawah mahasiswi almamater ini. 

Tapi. ada yang kosong dari pemahaman yang dosen sampaikan, aku faham tapi hatiku tak nyaman,  dengan cara menyampaikan seolah kita adalah robot yang mampu disetting sedemikian rupa untuk menjadi alat yang jenius, beda halnya dengan dosen-dosenku sebelumnya di kampus almamaterku, setiap apa yang difahamkan oleh dosenku sebelumnya, aku selalu saja menemukan caraku untuk menemukan Tuhan. Ah. Rabb.. maafkan hambaMu yang selalu tak puas dengan apa yang didapatkannya, maafkan hamba yang lagi-lagi membandingkan apa yang sedang dijalani, dan seketika ada yang berbisik dalam relung hatiku "Inikah yang kamu mau, Zi?" dan sungguh, aku tak mampu menjawabnya, satu hal yang terjawab bahwa, aku pernah bergumam tentang keinginanku untuk menjadi orang pintar, ternyata, menjadi orang pintar tak selamanya menyenangkan jika tak mampu mendamaikan hati :')

(Lagi) hatiku berlirih, seandainya aku bisa menjadi manusia kombinasi antara kampus almamater dan kampus impianku, mungkinkah aku mampu mengajarkan pada penerus-penerusku bagaimana cara memahami ilmu dengan tetap mengenal Tuhan dan tetap menjadi Manusia. Semoga dimampukan. :')