PANCASILA
Ketuhanan Yang Maha
Esa
Kemanusiaan yang adil
dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia
SALAH SATU MASALAH
YANG BERKAITAN DENGAN PANCASILA KHUSUSNYA SILA KE-2
Liputan6.com, Jakarta: Masyarakat, terutama kalangan
profesional yang mampu secara finansial diharapkan menjadi lokomotif untuk
menangani masalah-masalah sosial. Hal ini perlu untuk mengimbangi kelemahan
negara yang dinilai makin kurang peduli terhadap masalah sosial. Setelah negara
dan para politisi tak lagi menunjukkan kepedulian pada masalah kemanusiaan,
seperti jumlah pengungsi yang tinggi akibat berbagai kerusuhan di Tanah Air,
masyarakat terutama kaum profesional diharapkan dapat lebih memainkan
peranannya.
Pengamat
politik Andi Mallarangeng, dalam sebuah diskusi bertajuk Peranan Kalangan
Profesional dalam Penanggulangan Masalah Kemanusiaan, baru-baru ini, berharap
masyarakat dapat menjadi lokomotif dalam berbagai aksi kemanusiaan. Kepedulian
itu dapat terlaksana bila demokrasi ditegakkan, yakni adanya kebebasan untuk
mengakses informasi. Sebagai contoh sederhana, sebuah korporasi dapat dikatakan
memiliki kepedulian terhadap masalah kemanusiaan bila mempunyai kebijakan yang
berdampak baik pada lingkungannya.(RSB/Tri Ambarwatie dan Dwi Guntoro)
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang
Selamat…!
Pendapatan per kapita penduduk Indonesia menembus angka US $ 18,000 atau
sekitar Rp. 180.000.000,00 per tahun. Angka tersebut jauh di atas beberapa
negara ASEAN lainnya seperti Malaysia yang hanya memiliki pendapatan per kapita
penduduk US $ 6,220, atau Thailand dengan pendapatan per kapita penduduknya US
$ 2,990. Rekor tersebut hampir menyamai Korea yang memiliki income per
kapita penduduk US $ 20,000, meskipun masih jauh di bawah Jepang, Australia,
dan Amerika yang memiliki pendapatan per kapita penduduk di atas US $ 30,000.
Itulah topik terhangat yang
dicatat di halaman surat kabar nasional pada tahun 2030. Itu pun hanya prediksi
beberapa ahli yang mengabaikan peningkatan pendapatan beberapa negara lain di
atas yang memang memiliki pendapatan per kapita seperti apa yang tertulis saat
ini. Dengan berat hati kita harus mengakui bahwa pendapatan per kapita penduduk
Indonesia hanya US $ 1,946 pada tahun 2008, jauh di bawah Jepang US $ 34,189,
Amerika US $ 43,444, Australia US $ 50,000, dan Singapura US $ 29,320. Apa
masyarakat Indonesia harus menunggu sampai tahun 2030? Dan apa mungkin di tahun
2030 prediksi itu benar-benar akan tercapai? Atau itu hanyalah mimpi indah
belaka bagi rakyat Indonesia? Sampai sekarang masalah kemiskinan masih menjadi
“hantu” yang menakutkan bagi sebagian besar rakyat Indonesia.
Kemiskinan merupakan
problematika kemanusiaan yang telah mendunia dan hingga kini masih menjadi isu
sentral di belahan bumi manapun. Selain bersifat laten dan aktual, kemiskinan
adalah penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami oleh Negara-negara
berkembang melainkan negara maju seperti Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris
mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi
industri di Eropa. Sedangkan Amerika Serikat bahkan mengalami depresi dan
resesi ekonomi pada tahun 1930-an dan baru setelah tiga puluh tahun kemudian
Amerika Serikat tercatat sebagai Negara Adidaya dan terkaya di dunia.
Pada kesempatan ini saya mencoba
memaparkan secara global kemiskinan Negara-negara di dunia ketiga, yaitu
Negara-negara berkembang yang nota-benenya ada di belahan benua Asia. Kemudian
juga pemaparan secara spesifik mengenai kemiskinan di Negara Indonesia.
Adapun yang dimaksudkan
Negara berkembang adalah Negara yang memiliki standar pendapatan rendah dengan
infrastruktur yang relatif terbelakang dan minimnya indeks perkembangan manusia
dengan norma secara global. Dalam hal ini kemiskinan tersebut meliputi sebagian
Negara-negara Timur-Tengah, Asia selatan, Asia tenggara dan Negara-negara
pinggiran benua Asia.
Ada dua kondisi yang
menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu kemiskinan alami dan kemiskinan
buatan. kemiskinan alami terjadi akibat sumber daya alam (SDA) yang terbatas, penggunaan
teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan Buatan diakibatkan oleh
imbas dari para birokrat kurang berkompeten dalam penguasaan ekonomi dan
berbagai fasilitas yang tersedia, sehingga mengakibatkan susahnya untuk keluar
dari kemelut kemiskinan tersebut. Dampaknya, para ekonom selalu gencar
mengkritik kebijakan pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan ketimbang dari
pemerataan.
b. Perumusan
Masalah
Dalam tugas terstruktur ini
penyusun membahas mengenai kemiskinan yang ada di Indonesia, didapatkan rumusan
masalah yang akan dibahas dalam analisis masalah. Rumusan masalah tersebut
adalah :
Ø
Apa yang menjadi masalah dasar dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia?
Ø
Mengapa kemiskinan di Indonesia menjadi masalah yang
berkelanjutan?
Ø
Sejauh mana peran pemerintah dalam pengentasan
kemiskinan di Indonesia?
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
a. Pembahasan
Dalam kamus
ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak berharta (harta yang ada
tidak mencukupi kebutuhan). Adapun kata “fakir” diartikan sebagai orang yang
sangat miskin. Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa kemiskinan
sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini bermula sejak masa neo-klasik di mana
kemiskinan hanya dilihat dari interaksi negatif (ketidakseimbangan) antara
pekerja dan upah yang diperoleh.
Deskripsi lain,
arti definitif kemiskinan yang mulai bergeser misal pada awal tahun 1990-an
definisi kemiskinan tidak hanya berdasarkan tingkat pendapatan, tapi juga
mencakup ketidakmampuan di bidang kesehatan, pendidikan dan perumahan. Di
penghujung abad 20-an telah muncul arti definitif terbaru, yaitu bahwa
kemiskinan juga mencakup kerentanan, ketidakberdayaan dan ketidakmampuan untuk
menyampaikan aspirasi.
Kemiskinan
dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif
dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila
hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan,
pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di
atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat
sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau
sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya
sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
1. Penyebab kemiskinan
o Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.
o Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.
o Biaya kehidupan yang tinggi.
o Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
2. Perkembangan tingkat kemiskinan di indonesia
Bagaimana perkembangan tingkat kemiskinan
di Indonesia? Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meluncurkan
laporan tahunan Pembangunan manusia (Human Development Report) 2006 yang
bertajuk Beyord scarcity; power, poverty dan the global water. Laporan ini
menjadi rujukan perencanaan pembangunan dan menjadi salah satu Indikator
kegagalan atau keberhasilan sebuah negara menyejahterakan rakyatnya. Selama
satu dekade ini Indonesia berada pada Tier Medium Human Development peringkat
ke 110, terburuk di Asia Tenggara setelah Kamboja.
Laporan terakhir, Badan
Pusat Statistika ( BPS ) yang telah melaksanakan Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) pada bulan Maret 2007 angka resmi jumlah masyarakat miskin adalah
39,1 juta orang dengan kisaran konsumsi kalori 2100 kilo kalori (kkal) atau
garis kemiskinan ketika pendapatan kurang dari Rp 152.847 per-kapita per bulan.
3. Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan
Upaya penanggulangan
kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan menempatkan penanggulangan kemiskinan
sebagai prioritas utama kebijakan pembangunan nasional. Kebijakan kemiskinan
merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan dijabarkan
lebih rinci dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan
sebagai acuan bagi kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pembangunan tahunan.
Sebagai wujud gerakan bersama dalam
mengatasi kemiskinan dan mencapai Tujuan pembangunan Milenium, Strategi Nasional
Pembangunan Kemiskinan telah disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh
stakeholders pembangunan di Indonesia. Selain itu, sekitar 60 % pemerintah
kabupaten/ kota telah membentuk Komite penanggulangan Kemiskinan Daerah, dan menyusun Strategi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah sebagai dasar arus utama penanggulangan
kemiskinan di daerah dan mendorong gerakan sosial dalam mengatasi kemiskinan.
Adapun langkah jangka pendek yang
diprioritaskan yaitu:
Ø Mengurangi
kesenjangan antar daerah dengan penyediaan sarana-sarana irigasi,air bersih terutama
didaerah yang langka dengan adanya air bersih,pembangunan jalan dan jembatan, redistribusi sumber dana
kepada daerah-daerah yang memiliki pendapatan rendah dengan instrumen Dana
Alokasi Khusus (DAK).
Ø Perluasan kesempatan
kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana stimulan untuk modal usaha,
pelatihan keterampilan kerja dan meningkatkan investasi dan revitalisasi
industri.
Ø Khusus untuk pemenuhan
sarana hak dasar penduduk miskin diberikan pelayanan antara lain :
§ Pendidikan gratis sebagai
penuntasan program belajar 9 tahun termasuk tunjangan bagi murid yang kurang
mampu
§ Jaminan pemeliharaan
kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan rumah sakit kelas tiga.
Dibawah
ini merupakan contoh dari upaya mengatasi kemiskinan di Indonesia
Contoh dari upaya kemiskinan adalah di
propinsi Jawa Barat tepatnya di Bandung dengan diadakannya Bandung Peduli
yang dibentuk pada tanggal 23 – 25 Februari 1998. Bandung Peduli adalah gerakan
kemanusiaan yang memfokuskan kegiatannya pada upaya menolong orang kelaparan,
dan mengentaskan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam
melakukan kegiatan, Bandung Peduli berpegang teguh pada wawasan kemanusiaan,
tanpa mengindahkan perbedaan suku, ras, agama, kepercayaan, ataupun haluan
politik.
Oleh karena sumbangan dari para dermawan tidak terlalu besar bila
dibandingkan dengan permasalahan kelaparan dan kemiskinan yang dihadapi, maka
Bandung Peduli melakukan targetting dengan sasaran bahwa orang yang dibantu
tinggal di Kabupaten/ Kotamadya Bandung, dan mereka yang tergolong fakir.
Golongan fakir yang dimaksud adalah orang yang miskin sekali dan paling miskin
bila diukur dengan “Ekuivalen Nilai Tukar Beras”.
Selain itu upaya pemerintah dalam mengatasi kemiskinan
di Indonesia sebagaimana yang diutarakan oleh Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono, beliau akan membagi program bantuan untuk rakyat miskin kedalam empat
klaster. Klaster pertama merupakan program bantuan dan perlindungan sosial,
diantaranya berwujud beras murah untuk masyarakat ekonomi tidak mampu (raskin),
Program Keluarga harapan, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan jaminan
kesehatan masyarakat atau Jamkesmas. Jelas SBY dalam pidato kenegaraannya untuk
memperingati 66 tahun HUT RI, di Gedung DPR RI,Senayan,Jakarta,Selasa
(16/8/2011).
Klaster kedua melalui Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat. Klaster ketiga melalui Kredit Usaha rakyat (KUR).
Kemudian klaster keempat yang mulai efektif pada 2012 dan
dilaksanakan secara bertahap meliputi sejumlah program, yaitu rumah murah dan sangat murah,
kendaraan umum angkutan murah, air bersih untuk rakyat, listrik murah dan
hemat, peningkatan kehidupan nelayan, dan peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan.
4.
Masalah Kemiskinan di
Indonesia menjadi masalah yang berkelanjutan
Sejak awal kemerdekaan, bangsa
Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang
adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar
1945. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu
memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan karena pada
dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus
menjadi masalah yang berkepanjangan.
Pada umumnya, partai-partai
peserta Pemilihan Umum (Pemilu) 2004 juga mencantumkan program pengentasan
kemiskinan sebagai program utama dalam platform mereka. Pada masa Orde Baru,
walaupun mengalami pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, yaitu rata-rata sebesar
7,5 persen selama tahun 1970-1996, penduduk miskin di Indonesia tetap tinggi.
· Penyebab Kegagalan
Pada dasarnya ada dua
faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan
kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program penanggulangan kemiskinan
selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang
miskin.Hal itu, antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin dan program
jaring pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit
menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk
pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan.
Program-program bantuan
yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk
moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin
seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan
mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain
pihak, program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam
penyalurannya.
Faktor kedua yang dapat mengakibatkan
gagalnya program penanggulangan kemiskinan adalah kurangnya pemahaman berbagai
pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga program-program
pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya
berbeda-beda secara lokal.
· Strategi kedepan
Berkaitan dengan penerapan otonomi
daerah sejak tahun 2001, data dan informasi kemiskinan yang ada sekarang perlu
dicermati lebih lanjut, terutama terhadap manfaatnya untuk perencanaan lokal.
Strategi
untuk mengatasi krisis kemiskinan tidak dapat lagi dilihat dari satu dimensi
saja (pendekatan ekonomi), tetapi memerlukan diagnosa yang lengkap dan
menyeluruh (sistemik) terhadap semua aspek yang menyebabkan kemiskinan secara
lokal.
·
Belum memadai
Ukuran-ukuran
kemiskinan yang dirancang di pusat belum sepenuhnya memadai dalam upaya
pengentasan kemiskinan secara operasional di daerah. Sebaliknya,
informasi-informasi yang dihasilkan dari pusat tersebut dapat menjadikan
kebijakan salah arah karena data tersebut tidak dapat mengidentifikasikan
kemiskinan sebenarnya yang terjadi di tingkat daerah yang lebih kecil. Oleh
karena itu, di samping data kemiskinan makro yang diperlukan dalam sistem
statistik nasional, perlu juga diperoleh data kemiskinan (mikro) yang spesifik
daerah. Namun, sistem statistik yang dikumpulkan secara lokal tersebut perlu
diintegrasikan dengan sistem statistik nasional sehingga keterbandingan
antarwilayah, khususnya keterbandingan antarkabupaten dan provinsi dapat tetap
terjaga.
Lihat
betapa hebatnya negeri ini yang memiliki ‘kue’ sumber daya alam (SDA) yang
besar namun hanya dinikmati ’secuil’ orang saja dari 241 juta penduduk
Indonesia. Padahal volume perut manusia tidak akan mampu menampung seluruh isi
bumi nusantara ini.
Jika
saja setiap tahunnya orang kaya itu mengangkat 1 orang miskin, bisa dipastikan
dalam kurun waktu 7-8 tahun lagi, Indonesia akan terbebas dari kemiskinan. Jika
saja…..
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan
latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Masalah dasar pengentasan
kemiskinan bermula dari sikap pemaknaan kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan
adalah suatu hal yang alami dalam kehidupan. Dalam artian bahwa semakin
meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan
semakin banyak. Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari
pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini
adalah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Ketika
terjalin kerja sama yang romantis baik dari pemerintah, nonpemerintah dan semua
lini masyarakat. Dengan digalakkannya hal ini, tidak perlu sampai 2030
kemiskinan akan mencapai hasil yang seminimal mungkin.
b. Saran
Dalam
menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih
kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih
eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau
dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas,
dan moralitas yang standarnya adalah standar global.
c.
Referensi
ð http://sosbud.kompasiana.com/2011/07/11/kemiskinan-di-indonesia-akan-hilang-tahun-2030/
ð
http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/ekonomi/Eko41.htm
ð
Nugroho, Gunarso Dwi.2006. Modul Globalisasi. Banyumas. CV. Cahaya
Pustaka
Dibawah ini adalah puisi yang setiap kali aku
membacanya, selalu saja aku tak mampu menahan air mata. Sebuah puisi yang
dengan gamblang memotret pedihnya kemiskinan yang ada di negeri kita tercinta
ini. Semoga saja puisi ini tidak menggambarkan hati kita yang makin asing dengan
nurani....
KISAH DARI NEGERI
YANG MENGGIGIL
Kesedihan
adalah kumpulan layang-layang hitam
yang membayangi dan terus mengikuti
hinggap pada kata-kata
yang tak pernah sanggup kususun
juga untukmu, adik kecil
Belum lama kudengar berita pilu
yang membuat tangis seakan tak berarti
saat para bayi yang tinggal belulang
mati dikerumuni lalat karena busung lapar
aku bertanya pada diri sendiri
benarkah ini terjadi di negeri kami?
Lalu kulihat di televisi
ada anak-anak kecil
memilih bunuh diri
hanya karena tak bisa bayar uang sekolah
karena tak mampu membeli mie instan
juga tak ada biaya rekreasi
Beliung pun menyerbu
dari berbagai penjuru
menancapi hati
mengiris sendi-sendi diri
sampai aku hampir tak sanggup berdiri
sekali lagi aku bertanya pada diri sendiri
benarkah ini terjadi di negeri kami?
Lalu kudengar episodemu adik kecil
Pada suatu hari yang terik
nadimu semakin lemah
tapi tak ada uang untuk ke dokter
atau membeli obat
sebab ayahmu hanya pemulung
kaupun tak tertolong
Ayah dan abangmu berjalan berkilo-kilo
tak makan, tak minum
sebab uang tinggal enam ribu saja
mereka tuju stasiun
sambil mendorong gerobak kumuh
kau tergolek di dalamnya
berselimut sarung rombengan
pias terpejam kaku
Airmata bercucuran
peluh terus bersimbahan
Ayah dan abangmu
akan mencari kuburan
tapi tak akan ada kafan untukmu
tak akan ada kendaraan pengangkut jenazah
hanya matahari mengikuti
memanggang luka yang semakin perih
tanpa seorang pun peduli
aku pun bertanya sambil berteriak pada diri
benarkah ini terjadi di negeri kami?
Tolong bangunkan aku, adinda
biar kulihat senyummu
katakan ini hanya mimpi buruk
ini tak pernah terjadi di sini
sebab ini negeri kaya, negeri karya.
Ini negeri melimpah, gemerlap.
Ini negeri cinta
yang membayangi dan terus mengikuti
hinggap pada kata-kata
yang tak pernah sanggup kususun
juga untukmu, adik kecil
Belum lama kudengar berita pilu
yang membuat tangis seakan tak berarti
saat para bayi yang tinggal belulang
mati dikerumuni lalat karena busung lapar
aku bertanya pada diri sendiri
benarkah ini terjadi di negeri kami?
Lalu kulihat di televisi
ada anak-anak kecil
memilih bunuh diri
hanya karena tak bisa bayar uang sekolah
karena tak mampu membeli mie instan
juga tak ada biaya rekreasi
Beliung pun menyerbu
dari berbagai penjuru
menancapi hati
mengiris sendi-sendi diri
sampai aku hampir tak sanggup berdiri
sekali lagi aku bertanya pada diri sendiri
benarkah ini terjadi di negeri kami?
Lalu kudengar episodemu adik kecil
Pada suatu hari yang terik
nadimu semakin lemah
tapi tak ada uang untuk ke dokter
atau membeli obat
sebab ayahmu hanya pemulung
kaupun tak tertolong
Ayah dan abangmu berjalan berkilo-kilo
tak makan, tak minum
sebab uang tinggal enam ribu saja
mereka tuju stasiun
sambil mendorong gerobak kumuh
kau tergolek di dalamnya
berselimut sarung rombengan
pias terpejam kaku
Airmata bercucuran
peluh terus bersimbahan
Ayah dan abangmu
akan mencari kuburan
tapi tak akan ada kafan untukmu
tak akan ada kendaraan pengangkut jenazah
hanya matahari mengikuti
memanggang luka yang semakin perih
tanpa seorang pun peduli
aku pun bertanya sambil berteriak pada diri
benarkah ini terjadi di negeri kami?
Tolong bangunkan aku, adinda
biar kulihat senyummu
katakan ini hanya mimpi buruk
ini tak pernah terjadi di sini
sebab ini negeri kaya, negeri karya.
Ini negeri melimpah, gemerlap.
Ini negeri cinta
Ah, tapi seperti duka
aku pun sedang terjaga
sambil menyesali
mengapa kita tak berjumpa, Adinda
dan kau taruh sakit dan dukamu
pada pundak ini
Di angkasa layang-layang hitam
semakin membayangi
kulihat para koruptor
menarik ulur benangnya
sambil bercerita
tentang rencana naik haji mereka
untuk ketujuh kalinya
Aku putuskan untuk tak lagi bertanya
pada diri, pada ayah bunda, atau siapa pun
sementara airmata menggenangi hati dan mimpi.
aku memang sedang berada di negeriku
yang semakin pucat dan menggigil
(Abdurahman Faiz, 7 Juni 2005)
Hilih kintil
BalasHapus